Laman

Senin, 30 April 2012

Warga Sidoarjo Tolak Pengembangan Sumur Lapindo

SIDOARJO - Rencana PT Lapindo Brantas Inc (LBI) mengembangkan sumur migas di Desa Kedungbanteng Tanggulangin ditolak warga. Alasannya warga masih trauma dengan semburan lumpur yang muncul di dekat sumur Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo Kecamatan Porong.
Penolakan itu disampaikan Kepala Desa Banjar Asri Tanggulangin yang wilayah desanya berdekatan dengan lokasi sumur migas Lapindo di Desa Kedungbanteng. “Hingga saat ini warga saya tetap menolak pengeboran Lapindo karena masih trauma dengan semburan lumpur,” ucap Kepala Desa Banjar Asri Didik Fakhrudin, Senin (30/4/2012).
Didik mengaku sikap itu juga ditunjukkannya dengan memilih walk out (WO) saat digelarnya pembahasan draft dokumen Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL-UPL) pengembangan sumur migas di ruang Saturnus III, Hotel The Sun Sidoarjo, Senin (30/4/2012).
“Saya keluar dari ruangan karena tidak diberi kesempatan menyampaikan pendapat, juga sebagai sikap menolak rencana pengeboran Lapindo,” cetusnya didampingi Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Banjar Asri Qoyyiman.
Selain trauma dengan semburan lumpur, Didik menjelaskan hingga saat ini Lapindo tidak pernah melakukan sosialisasi terkait rencana tersebut. Dia pun heran, ketika dirinya tiba-tiba mendapatkan undangan untuk mengikuti pembahasan draft dokumen UPL-UKL pengembangan sumur migas Lapindo. “Selama ini Lapindo juga tidak pernah memberikan kontribusi bagi warga Banjar Asri,” tandasnya.
Didik menyatakan sikap menolak rencana pengeboran gas Lapindo merupakan harga mati. Warganya akan berjuang menolak rencana itu selamanya. Didik mengaku sikap itu juga disampaikan warga secara resmi melalui sebuah pertemuan yang dilakukan dibalai desa setempat. “Seluruh warga Banjar Asri menolaknya,” ucapnya sambil menunjukkan dokumen sikap warga yang disertai tanda tangan warga.
Kepala BLH Sidoarjo Erni Seryowati menyatakan pertemuan itu masih belum final dan masih harus dibicarakan lagi. Dia menyatakan pendekatan ke warga bukan menjadi kewenangannya, tetapi Lapindo. “Silahkan tanya ke Lapindo saja,” ucapnya dikonfirmasi Surya, Senin sore. Meski demikian, dia mengakui jika BLH Sidoarjo-lah yang akan mengeluarkan dokumen UKL-UPL itu setelah dinilai tim penilai UKL-UPL yang beranggotakan pakar geologi dan instansi terkait.
Humas Lapindo Brantas Inc (LBI) Anita Arianti memahami trauma warga Banjar Asri soal munculnya semburan lumpur. Namun pihaknya bagaimanapun tetap akan melangkah untuk mengembangkan sumur migas. “Dan selama ini apa yang ada di sumur TG-3 dan TG-5 di Kalidawir, dari segi teknis juga aman-aman saja,” cetusnya dihubungi Surya, Senin malam.
Anita menyatakan, saat ini rencana pengembangan sumur migas Lapindo juga telah dikaji mendalam dan secara teknis diyakini aman. Meski demikian Anita mengakui dari sisi sosial, pihaknya masih kesulitan melakukan pendekatan kepada warga desa Banjar Asri. “Namun kami akan tetap melakukan pendekatan-pendekatan. Ayo kita duduk bareng membahas masalah ini bersama-sama,” tandasnya.

Peredaran Narkoba di Jabon Resahkan Warga

Jabon, Camat Jabon Hadi Mulyanto (30/04/12), gelar acara penyuluhan pencegahan Narkoba, Tampak hadir juga dalam acara tersebut, Kapolsek, DanRamil dan Kepala Unit Pelayanan Kesehatan Kecamatan Jabon. Undangan melibatkan Karang Taruna, Siswa - siswi SMP-SMA, KESRA dan Ibu-Ibu PKK se Kecamatan Jabon. Menurut data kecamatan tercatat 18 orang di Jabon positif di nyatakan terkena AIDS, dua di antaranya sudah meninggal. Akibat dari penggunaan Narkotika dan seks bebas. Memang sulit untuk memberantas Narkoba, Kapolsek menegaskan " Dalam hal ini peran serta warga sangat di harapkan pro aktif,  membantu meminimalisir dan segera melapor kepada yang berwajib apabila menemui hal-hal yang meng-indikasikan adanya peredaran Narkoba.
Selain itu DanRamil juga berpesan kepada Ibu - Ibu PKK, Agar selalu intens mengawasi perkembangan anak-anaknya, Perilaku dan sikap yang tidak wajar adalah merupakan indikator penggunaan Narkoba,jelasnya..(AMBON)*
 

Kamis, 26 April 2012

TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) di Kupang sudah di buka lagi

Jabon,  Beberapa hari lalu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Desa Kupang, Kecamatan Jabon di tutup paksa oleh warga.
Penutupan itu disebabkan TPA Kupang sudah over kapasitas sehingga tidak muat lagi untuk menampung sampah yang lebih banyak.
TPA Kupang yang ditutup oleh warga dengan menggunakan kayu dipintu masuk itu, akhirnya dibuka kembali oleh warga setelah Bupati Sidoarjo, H.Saiful Ilah turun langsung ke lokasi.

Rabu, 25 April 2012

Pengolahan Sampah Melalui Sanitari Landfill Dimulai Awal Tahun 2013

SIDOARJO,  Rencana pengolahan sampah dengan sistem sanitari landfill di mulai pada awal tahun 2013, hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Sidoarjo, Muhammad Syafiq, Selasa (24/4/2012).
Menurut Syafiq, pengolahan sampah dengan sistem sanitari landfill akan diterapkan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang baru, yakni di Desa Kebonagung, Kecamatan Porong.
“Kami sudah siapkan tempatnya di Desa Kebonagung dengan luas lahan sekitar 15 hektare,” katanya.
Semua persiapan telah disiapkan oleh DKP Kabupaten Sidoarjo termasuk tanda tangan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan investor dari negara Jerman.
“Sudah ada MoU dengan investor Jerman yang telah kami tanda tangani pada bulan Maret lalu,” ucap Syafiq.
Pengolahan sampah melalui sanitari landfill ini bisa menghasilkan listrik, gas dan kompos yang akan dpergunakan bagi masyarakat sekitar TPA.

Selasa, 24 April 2012

Akses Transportasi Darurat

Ini adalah salah satu dari tiga lokasi / jalur penghubung, yang menghubungkan antara desa tlocor dan bangunsari di wiayah kecamatan jabon sidoarjo jawa timur, Menarik untuk di kunjungi, Namun yang perlu di pertanyakan standar keamanannya, Yang menjadi alasan kenapa orang tidak lagi menanyakan keamanan adalah, Ini adalah jalur satu-satunya yang menghubungkan Desa tersebut untuk keluar dari desanya bilamana mendapati suatu kepentingan.....

Senin, 23 April 2012

Sebuah Nama Serangkai Cerita


SEBUAH NAMA, SERANGKAI CERITA

“MAHESA JAYA” Dalam bahasa sansekerta punya arti, MAHESA : Kerbau arti lainnya memiliki perwatakan penurut, dan disiplin diri yang bagus, JAYA artinya : selalu berhasil, sukses, dan hebat.
         Dengan nama besarnya di awali sebuah perjuangan, seluruh pemuda dan beberapa tokoh masyarakat serta perangkat desa untuk menjalankan sebuah amanah akbar yang mengiringi Karang Taruna Desa Keboguyang. Ya, nama “Mahesa jaya” pada awalnya memang diberikan oleh salah seorang petinggi pemerintahan Desa Keboguyang sebagai sebuah inisial bagi organisasi kepemudaan ini.
        Ditengah surutnya semangat para pemuda dalam pergerakan organisasi di kala itu, nama “Mahesa Jaya” diharapkan dapat membawa organisasi yang nantinya terbentuk ini untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan selalu berinovasi serta berkembang menjadi lebih baik. Akhirnya dengan setitik semangat dari pejuang-pejuang organisasi dan dukungan sepenuhnya dari Kepala Desa Keboguyang beserta perangkat-perangkatnya, terbentuklah sebuah momen bersejarah, 10 Agustus 2011, hari yang menjadi fajar baru bagi pergerakan Karang Taruna “MAHESA JAYA” Desa Keboguyang melalui pemilihan pengurus Karang Taruna yang dihadiri oleh kurang lebih 50 orang dari jajaran Perangkat Desa,Tokoh masyarakat dan pemuda-pemuda Desa Keboguyang, sehingga terpilihlah Rekan Mustamir sebagai Kapten yang mengemudikan kapal pioner bernama Karang Taruna “Mahesa Jaya” Desa Keboguyang periode 2012-2015.
         Meskipun pembentukan Karang Taruna Desa Keboguyang merupakan sebuah inisiatif dari pihak pemerintahan Desa, tidak menyurutkan semangat dari para pemuda untuk mengemban tanggung jawab tersebut dalam rangka mengisi kekosongan peran pemuda dalam mengembangkan Desa Keboguyang, tentunya pada jalur yang telah ditetapkan, yaitu jalur kepemudaan dengan tujuan umum untuk menyalurkan bakat dan minat pemuda sehingga dapat membentuk generasi muda yang aktif dan produktif. Dengan demikian, organisasi kepemudaan ini memiliki tugas pokok yaitu bersama-sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi masalah-masalah Kesejahteraan Sosial khususnya di kalangan generasi muda. Untuk itu, Karang Taruna “Mahesa Jaya” Desa Keboguyang diperkuat oleh susunan kepengurusan antara lain Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara, dan beberapa Seksi yaitu Seksi Pemberdayaan Pemuda dan Pelatihan, Seksi Olahraga dan Seni Budaya, serta Seksi Kerohanian dan Pembinaan Mental, tentunya dengan tugas dan kompetensi masing-masing di bidangnya.

         Awal perjuangan “Mahesa Jaya” dimulai dengan diselenggarakannya Rapat Kerja (Raker) I di Selorejo-malang pada tanggal 03 september 2011 dengan diikuti seluruh jajaran kepengurusan Karang-Taruna sebanyak 24 orang dan beberapa perangkat Desa Keboguyang serta tamu undangan dari Karang Taruna Kecamatan tanggulangin dan Kecamatan Porong. Raker I ini dijadikan sebagai forum penentu langkah ke depan kegiatan karena di dalamnya terdapat filtrasi ide atau gagasan serta sumbangsih pemikiran pelaku-pelaku organisasi hingga dirumuskan visi dan misi serta serangkaian kegiatan yang dapat mencerminkan eksistensi Karang Taruna “Mahesa Jaya” Desa Keboguyang. Serangkaian kegiatan tersebut dirangkum dalam bentuk Program Kerja (Progja) jangka panjang dan kondisional pada tahun pertama.

         Untuk program jangka panjang, Seksi Pemberdayaan Pemuda dan Pelatihan, melahirkan sebuah program yaitu Temu Kepemudaan. Dalam Seksi Olahraga dan Seni Budaya dirancang beberapa program kerja diantaranya adalah Pelatihan Volly, Pelatihan Sepak Bola, dan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional), sedangkan pada Seksi Kerohanian dan Pembinaan Mental tercantum program istoghoshah rutin dan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Dalam perencanaan, program-program tersebut diharapkan dapat terlaksana secara teratur pada jangka waktu yang telah ditetapkan dalam satu tahun pertama. Berbeda dengan program kondisional yaitu ziaroh atau wisata rohani, yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun, dengan menyesuaikan pertimbangan situasi dan kondisi yang ada.
          Dengan adanya program-program tersebut, semoga dapat mendukung langkah para pemuda untuk tidak hanya mempertahankan eksistensinya tetapi juga berupaya untuk berkembang menuju arah yang semakin hari semakin baik dan lebih baik lagi, sesuai dengan harapan dan doa yang mengalir dalam sebuah nama -- “Mahesa Jaya”.

                                                                          Keboguyang, 05 september 2011
                                                                          TIM KREATIF MAHESA JAYA




                                                                       

Minggu, 22 April 2012

Arti Logo Karang Taruna

Logo Karang Taruna

logo

Karang Taruna memiliki identitas berupa lambang, bendera, panji, lagu, yang merupakan identitas resmi Karang Taruna, yang sama secara nasional. Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur sekuntum bunga teratai yang mulai mekar, dua helai pita terpampang dibagian atas dan bawah, sebuah lingkaran, dengan bunga Teratai Mekar sebagai latar belakang. Keseluruhan lambang tersebut mengandung makna:

1. Bunga Teratai yang mulai mekar melambangkan unsur remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial).

2. Empat helai Daun Bunga dibagian bawah, melambangkan keempat fungsi Karang Taruna yaitu:
a). Memupuk kreativitas untuk belajar bertanggung jawab;
b). Membina kegiatan- kegiatan sosial, rekreatif, edukatif, ekonomis produktif, dan kegiatan lainnya yang praktis;
c). Mengembangkan dan mewujudkan harapan serta cita-cita anak dan remaja melalui bimbingan interaksi yang dilaksanakan baik secara individual maupun kelompok;
d). Menanamkan pengertian, kesadaran dan memasyarakatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila.


3. Tujuh helai Daun Bunga bagian atas melambangkan Tujuh unsur kepribadian yang harus dimiliki oleh anak dan remaja:
a). Taat: Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b). Tanggap: Penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
c). Tanggon: Kuat, daya tahan fisik dan mental;
d). Tandas: Tegas, pasti, tidak ragu, teguh pendirian;
e). Tangkas: Sigap, gesit, cepat bergerak, dinamis;
f). Trampil: Mampu berkreasi dan berkarya praktis;
g). Tulus: Sederhana, ikhlas, rela memberi, jujur.

4. Pita dibagian bawah bertuliskan Karang Taruna mengandung arti:
a). Karang: pekarangan, halaman, atau tempat;
b). Taruna: remaja. Secara keseluruhan berarti tempat atau Wadah Pembinaan Remaja.

5. Pita dibagian atas bertuliskan ADITYA KARYA MAHATVA YODHA yang berarti:
a). ADITYA: Cerdas, penuh pengalaman.
b). KARYA: Pekerjaan.
c). MAHATVA: Terhormat, berbudi luhur.
d). YODHA: Pejuang, patriot. Secara keseluruhan berarti Pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan dan terampil.

6. Lingkaran menggambarkan sebuah tameng, sebagai lambang Ketahanan Nasional.

7. Bunga Teratai yang mekar berdaun lima helai melambangkan lingkungan kehidupan masyarakat yang sejahtera merata berlandaskan Pancasila.

8. Arti warna:
a). Putih: Kesucian, tidak tercela, tidak ternoda.
b). Merah: Keberanian, sabar, tenang, dan dapat mengendalikan diri, tekad pantang mundur.
c). Kuning: Keagungan atas keluhuran budi pekerti.

Kamis, 19 April 2012

Dishub Berikan Pembinaan Keselamatan Pelayaran Kepada Nelayan Jabon

JABON, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sidoarjo memberikan pembinaan keselamatan pelayaran bagi 40 pemilik kapal dan perahu di pendopo Kecamatan Jabon, Rabu (18/4/2012).Menurut Sekretaris Dishub Kabupaten Sidoarjo, Sudibyo, mengatakan bahwa kegiatan tersebut diberikan kepada para nelayan dan pemilik kapal ataupu perahu agar memahami pentingnya keselamatan bagi mereka serta penumpang yang lain.“Kegiatan ini diberikan agar supaya para nelayan baik nelayan perikanan maupun nelayan yang mengangkut orang-orang dari satu tempat ke tempat lainnya, lebih memahami lisensi daripada keselamatan itu sendiri,” katanya.Dalam kesempatan itu Dishub Kabupaten Sidoarjo juga memberikan bantuan peralatan keselamatan yang berupa ban dan jaket pelampung sebanyak 25 set.


Senin, 16 April 2012

Madrasah Tsanawiyah di Sekitar Lumpur Lapindo Gelar UN

Jabon Sidoarjo: Madrasah Tsanawiyah Jawahirul Ulum di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan satu-satunya sekolah setingkat SMP yang masih bertahan walaupun ditinggalkan warganya akibat semburan lumpur Lapindo. Seperti sekolah lainnya, tahun ini sekolah berbasis agama itu juga menggelar ujian nasional di gedung sekolah yang kondisinya makin memprihatinkan.

Madrasah Tsanawiyah yang terletak di Desa Besuki, Kecamatan Jabon ini menjadi terisolir karena wilayah Besuki, Pejarakan, dan Kedungcangkring sudah dikosongkan. Semua warga tercerai berai pindah ke tempat lain karena desa mereka dijadikan kolam penampungan lumpur.

Tahun ini sekolah itu menyisakan 20 siswa yang mengikuti ujian nasional. Sebagian besar siswa adalah anak korban lumpur dari tiga desa.

Mereka harus melewati ujian nasional di gedung yang banyak mengalami kerusakan, namun tidak diperbaiki pihak yayasan sekolah karena tahun ajaran mendatang lokasi sekolah akan berpindah.