Oleh: Mustamir
(Kader Teknis/KPMD PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Jabon)
Hingga
saat ini, kemiskinan masih menjadi persoalan besar yang dihadapi bangsa
Indonesia. Berbeda dengan persoalan lainnya, kemiskinan telah
menyebabkan multiefek krusial dalam bidang politik, hukum, dan keamanan.
Berbagai pengalaman kelam yang dialami bangsa ini lebih disebabkan
desakan ekonomi yang tengah melilit masyarakat.
Perhatian
pemerintah terhadap upaya penanggulangan kemiskinan patut mendapatkan
pujian. Berbagai langkah strategis telah dijalankan secara sinergis.
Salah satunya program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan.
Melalui
PNPM Mandiri Perdesaan, masyarakat tidak hanya sebatas dijadikan
pelaksana semata, namun jauh dari itu, masyarakat dijadikan sebagai
eksekutor dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan,
sementara pemerintah dan fasilitator hanya menjembatani agar
pelaksanaannya tidak keluar dari hakikat PNPM Mandiri Perdesaan.
Dalam
menumbuhkan kemandirian masyarakat di semua tahapan tersebut,
masyarakat tentunya harus dibekali dengan berbagai pemahaman dan
pengetahuan. Disamping membekali pengetahuan teknis, pelatihan
masyarakat juga harus ditekankan pada penanaman nilai-nilai dalam
merubah berbagai sudut pandang keliru yang selama ini menjadi salah satu
akar kemiskinan.
Penanaman
pengetahuan dan nilai-nilai semestinya tidak hanya dilakukan melalui
proses sosialisasi semata. Namun diperlukan sebuah ruang khusus yang
memberikan keleluasaan masyarakat untuk menerima dan memahami
pengetahuan dan nilai-nilai
yang ditransformasikan. Hal tersebut hanya bisa dilakukan melalui
berbagai pelatihan khusus yang dilaksanakan secara terencana.
Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai salah seorang Kader Teknis (KPMD)
PNPM Mandiri Perdesaan, setidaknya terdapat sejumlah pelatihan
masyarakat yang dirancang melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Pelatihan
masyarakat tersebut, diantaranya Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan
(UPK), pelatihan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), pelatihan kader teknis,
pelatihan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), pelatihan Badan Pengawas
UPK, pelatihan pembuatan RPJMDesa, pelatihan Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa (KPMD), pelatihan Tim Pemelihara, pelatihan Tim
Monitoring, serta berbagai pelatihan keterampilan.
Beberapa
evaluasi yang dilaksanakan penulis terhadap pelatihan yang dilaksanakan
tersebut, diperoleh fakta bahwa pengetahuan atau pemahaman yang
diberikan melalui pelatihan lebih bersifat sentralistik pada peserta
pelatihan saja. Padahal, idealnya pengetahuan dan pemahaman dalam
merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan
haruslah dimiliki oleh semua masyarakat, terutama masyarakat miskin
sebagai sasaran utama PNPM Mandiri Perdesaan.
Sebagai
contoh, dalam hal pengawasan proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
ditingkat desa pada dasarnya bukan hanya merupakan tanggung jawab dari
sebuah Tim Monitoring saja, namun seyogyanya menjadi tanggungjawab
seluruh masyarakat, terutama didesa itu sendiri. Namun ironinya,
pengetahuan dan pemahaman tentang proses monitoring hanya diberikan
kepada Tim Monitoring saja sehingga masyarakat lainnya lebih terlihat meraba-meraba apa yang harus diawasinya.
Lebih jauh lagi, perubahan pola pikir serta penanaman komitmen
masyarakat dalam memberantas kemiskinan seharusnya menjadi pintu
gerbang pelaksanaan berbagai program pengentasan kemiskinan. Dan
seyogyanya pula, hal itu tidak hanya dilakukan hanya melalui sosialisasi
yang dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas. Akan tetapi dilakukan
melalui strategi yang dirancang khusus.
Untuk
itu, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk mengoptimalkan proses
transformasi pengetahuan kepada masyarakat. Pertama, pendekatan
manajemen yaitu penyempurnaan struktural organisasi PNPM Mandiri
Perdesaan yang lebih membuka ruang gerak seluasnya untuk
dilaksanakannnya berbagai pelatihan masyarakat secara terorganisir dan
struktural. Kedua, pendekatan optimalisasi hasil, artinya diperlukan
rumusan strategi atau minimal adanya improvisasi dari fasilitator dalam
mendorong adanya transformasi pengetahuan dari peserta pelatihan kepada
masyarakat luas.